Jumat, 13 Juli 2018

Peran Limpa dan Nodus Limfatik Dalam Sistem Imunitas

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Limfa dan Nodus Limfatikus Dalam Sistem Imunitas ”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Immunoserologi. Kami berharap dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi mahasiswa. Serta pembaca dapat memahami sekitar pengetahuan tentang Peran sistem limfatik dalam tubuh.
Kami menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki dan melengkapi segala kekurangan dalam makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.





Jakarta,   Mei 2018
                       
Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………..2



BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Definisi jaringan limfatik (atau yang sering disebut jaringan limfoid) adalah jaringan penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh limfosit. Jaringan limfoid ini terdistribusi luas di seluruh tubuh baik sebagai organ limfoid ataupun sebagai kumpulan limfosit difus dan padat. Organ limfoid sendiri merupakan massa atau sekumpulan jaringan limfoid yang dikelilingi oleh kapsul jaringan penyambung atau dilapisi oleh epitelium.
Secara garis besar sistem limfatik tubuh dapat dibagi atas sistem konduksi, jaringan limfoid dan organ limfoid. Sistem konduksi jaringan limfoid merupakan jaringan yang mentransportasi limfe dan terdiri atas pembuluh-pembuluh tubuler yaitu kapiler limfe, pembuluh limfe dan duktus torasikus. Hampir semua jaringan tubuh memiliki pembuluh atau saluran limfe yang mengalirkan cairan dari ruang interstisial.
Organ-organ limfoid merupakan organ yang berperan sebagai tempat hidup sel fagositik. Organ-organ limfoid terdiri atas limpa, nodus limfa, sumsum tulang, timus, dan tonsil. 
Sistem limfatik daerah kepala dan leher merupakan bagian dari sistem limfe seluruh tubuh yang secara anatomis terdiri atas organ limfatik, duktus atau pembuluh-pembuluh limfe dan nodus limfatikus (atau kelenjar limfe). Sistem limfatik mentransportasi cairan yang disebut limfe. Cairan ini mendistribusikan sel-sel dan factor imunitas ke seluruh tubuh. Sistem limfatik juga berinteraksi dengan sistem sirkulasi darah untuk drainase cairan dari sel dan jaringan tubuh. Sistem limfatik mengandung sel-sel limfosit yang melindungi tubuh dari berbagai antigen.Tubuh dibagi atas limfotom (lymphotome) di mana tiap limfotom merupakan area drainase spesifik bagi kelompok kelenjar limfe tertentu.



B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah yang dimaksud dengan sistem limfatik?
2.      Apakah peran sistem limfatik dalam tubuh?
3.      Bagaimana peran limfa dan nodus limfa dalam sistem limfatik?
4.       Bagaimana cara kerja sistem limfatik dalam tubuh?

C.    TUJUAN MAKALAH

1.      Agar mahasiswa memahami pengertian fungsi dari sistem limfatik dalam tubuh.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui peran dari nodus limfatikus dan organ-organ dari system limfatik lainnya.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme system imunitas dalam tubuh secara garis besar.








BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sistem Limfatik

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
Sistem limfatik mempunyai beberapa fungsi diantaranya :
1.      Mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah
2.      Mengangkut limfosit
3.      Membawa lemak emulsi dari usus
4.      Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran
5.      Menghasilkan zat antibodi
Sistem limfatik merupakan komponen tambahan dari sistem sirkulasi yang terdiri dari limfe, yang merupakan cairan plasma protein, pembuluh limfatik, jaringan limfoid atau organ limfoid.

B.     Organ yang berperan dalam sistem limfatik

1.      Organ limfoid primer
Organ limfoid primer atau sentral, yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau sejenisnya seperti sumsum tulang. Membantu menghasilkan limfosit virgin dari immature progenitor cells yang diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.
a.       Thymus
Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan pembuluh-pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk dalam organ limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi imunologis humoral. Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat interlobuler.
b.      Sumsum Tulang
Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang kemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor) yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti aliran darah menuju ke organ limfoid sekunder. Sel stemhematopoetik menjadi progenitor limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju timus.
2.      Organ limfoid skunder
Organ limfoid sekunder atau perifer. Yang mempunyai fungsi untuk menciptakan lingkungan yang memfokuskan limfosit untuk mengenali antigen, menangkap dan mengumpulkan antigen dengan efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang di sensitisasi     oleh antigen spesifik serta merupakan tempat utama produksi antibodi. Organ limfoid sekunder yang utama adalah sistem imun kulit atau skin associated lymphoid tissue (SALT), mucosal associated lymphoid tissue (MALT), gut associated lymphoid tissue (GALT), kelenjar limfe, dan lien.
Seluruh organ limfoid memiliki pembuluh limfe eferen tetapi hanya nodus limfatikus yang memiliki pembuluh limfe aferen. Nodulus limfoid tersusun atas massa padat dari limfosit dan makrofag yang dipisah oleh ruang-ruang yang disebut sinus limfoid.
a.      Limfa
Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah kiri atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Lien merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu dengan membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati disamping sebagai pertahanan imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula untuk degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan tempat limfosit T dan B. Pada beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk pembentukan eritrosit, granulosit dan trombosit.
b.      Tonsil
Tonsil disebut juga amandel. Tonsil terletak di bagian kiri dan kanan pangkal tenggorokan. Tonsil mensekresikan kelenjar yang banyak mengandung limfosit, sehingga tonsil dapat berfungsi untuk membunuh bibit penyakit dan melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan faring. Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah tersebut. Selain itu ditemukan juga organ limfoid dengan batas-batas nyata.
c.         Nodus Limfe
Struktur nodus limfe tersusun dari saluran-saluran sejumlah pembuluh limfe. Pembuluh ini menyaring limfe sebelum cairan tersebut kembali ke sirkulasi vena.
Nodus limfe atau kelenjar adalah struktur yang berbentuk oval atau menyerupai buncis yang berukuran antara 1 mm sampai dengan 20 mm. kortek merupakan bagian terluar suatu nodus , medulla adalah bagian dalamnya.
Limfe memasuki sebuah nodus melalui suatu kapsula fibrosa yang melewati beberapa pembuluh limfe aferen dan keluar melalui sebuah pembuluh limfe eferen.
Katup-katup satu arah dalam pembuluh aferen dan eferen menjaga limfe tetap mengalir ke satu arah.
Fungsi nodus limfe diantaranya :
1.      Saat bergerak dari pembuluh aferen menuju pembuluh eferen, limfe dalam sebuah nodus berperkolasi melalui jarring serabut reticular yang membentuk ruang-ruang irregular disebut sinus, yang sebagian dilapisi sel-sel reticular dan makrofag. Makrofag sendiri berfungsi memfagosit partikel asing seperti bakteri.
2.      Area limfosit tersusun rapat yang disebut nodulus primer (kortikal) ditemukan didalam korteks nodus. Limfosit teraktivasi dalam nodulus memberikan respons imun untuk menghancurkan penyusup asing atau antigen.
3.      Jika banyak bakteri tersaring kedalam limfe, nodus akan membengkak beberapa kali dari ukuran normalnya karena terjadi proliferasi limfosit dan sel-sel lain.
4.      Organ-organ limfatik yang fungsinya berkaitan dengan nodus limfe meliputi kelenjar timus, amandel, dan limpa.
d.        Jaringan Limfoid Mukosal (MALT)
Terletak di tunika mukosa terutama lamina propria, traktus digestivus, respiratorius dangenitourinarius. Terdiri dari sel T terutama CD8, sel B dan APC. Pada traktus digestivus terdiri dari limfosit difus, limfonoduli soliter dan berkelompok (tonsila, plaque Peyeri). Sedangkan pada traktus respiratorius dan genitourinarius terdiri dari limfosit difus limfonoduli soliter. Sistem imun mukosa pada jaringan limfoid mukosa merupakan komponen terbesar sistem limfoid melebihi lien dan limfonodus.

C.    Peran dan fungsi Pembuluh limfe dan jaringan limfoid

a.      Pembuluh limfe
Pembuluh limfatik ditemukan diseluruh tubuh dan organ tubuh kecuali pada saraf pusat, bola mata, telinga dalam, epidermis kulit, kartilago dan tulang. Pembuluh limfe merupakan pembuluh yang membantu sistem kardiovaskuler dalam mengembalikan cairan dari ruangan jaringan tubuh lalu pembuluh ini mengembalikan cairan kedalam darah.
Semakin ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan berlokasi dekat dengan vena. Seperti vena, pembuluh limfe memiliki katup yang mencegah terjadinya aliran balik. Protein yang dipindahkan dari ruang interstisial tidak dapat direabsorbsi dengan cara lain.
Protein dapat memasuki kapiler limfe tanpa hambatan karena struktur khusus pada kapiler limfe tersebut, di mana pada ujung kapiler hanya tersusun atas selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling bertumpang sedemikian rupa seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut bebas membuka ke dalam membentuk katup kecil yang membuka ke dalam kapiler. Otot polos di dinding pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan guna membantu pengaliran limfe menuju ke duktus torasikus.

b.      Jaringan limfoid
Jaringan limfoid terdiri atas nodus dan nodulus limfoid yang mempunyai ukuran dan lokasi yang bervariasi. Ukuran nodus biasanya lebih besar, panjangnya berkisar 10 - 20 mm dan mempunyai kapsul, sedangkan nodulus panjangnya antara sepersekian milimeter sampai beberapa milimeter dan tidak mempunyai kapsul. Dalam tubuh manusia terdapat ratusan nodus limfoid ini (kelenjar limfe atau kelenjar getah bening) yang tersebar dengan ukuran antara sebesar kepala peniti hingga biji kacang. Meskipun ukuran kelenjar-kelenjar ini dapat membesar atau mengecil sepanjang umur manusia, tiap kelenjar yang rusak atau hancur tidak akan beregenerasi.
Jaringan limfoid berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk menyerang infeksi dan menyaring cairan limfe (atau cairan getah bening).
Cairan limfe mengandung protein plasma dan limfosit dan berada sepanjang pembuluh limfe untuk masuk kedalam aliran darah. Cairan limfe berasal dari jaringan atau ruang interstisial yang masuk ke pembuluh limfe kemudian ke dalam sirkulasi darah.
Pada dasarnya seluruh cairan limfe dari bawah tubuh mengalir keatas duktus torasikus dan bermuara kedalam sistem vena pada pertemuan antara vena jugularis interna kiri dengan vena subklavia. Sekitar 90% cairan jaringan kemudian akan mengumpulkan hasil produk metabolisme sel kembali ke kapiler menjadi plasma sebelum melanjutkan perjalanannya kembali ke sirkulasi vena. Cairan limfe adalah 10% cairan jaringan yang tertinggal.
Komposisi cairan limfe hampir sama dengan cairan interstisial. Konsentrasi protein cairan limfe sekitar 2 gr/dl, tetapi cairan limfe yang berasa dari hati protein lebih tinggi 6 gr/dl. Pembentukan cairan limfe dimulai dari Kapiler limfe sangat permeabel dan mengumpulkan cairan jaringan dan protein. Limfe terus menerus bersirkulasi sehingga cairan yang tadinya jernih menjadi kaya protein karena melarutkan protein dari dan antar sel. Kapiler limfe kemudian menyatu membentuk vasa limfatika yang lebih besar dengan susunan menyerupai vena. Pada vasa limfatika tidak terdapat pompa namun limfe tetap mengalir yang mempercepat aliran balik vena untuk kembali menjadi plasma.
Fungsi limfe berfungsi untuk absorpsi zat makanan dari saluran cerna terutama absorpsi lemak, penghancuran partikel-partikel seperti bakteri.
Berdasarkan lokasi sebagian besar nodus limfoid ini berkelompok di daerah-daerah tertentu misalnya mulut, leher, lengan bawah, ketiak dan sela paha. Jaringan limfoid mukosa yang terorganisasi terdiri atas plak Peyer (Peyer’s patch) di usus kecil, tonsil, faring dan folikel limfoid yang terisolasi.

D.    Fisiologi sistem limfatik secara umum

Sistem limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat mengalir dari ruang interstisial ke dalam darah sebagai transudat di mana selanjutnya ia berperan dalam respon imun tubuh.
Secara umum sistem limfatik memiliki tiga fungsi yaitu:
1.      Mempertahankan konsentrasi protein yang rendah dalam cairan interstisial sehingga protein-protein darah yang difiltrasi oleh kapiler akan tertahan dalam jaringan, memperbesar volume cairan jaringan dan meninggikan tekanan cairan interstitial. Peningkatan tekanan menyebabkan pompa limfe memompa cairan interstisial masuk ke kapiler limfe membawa protein berlebih yang terkumpul tersebut. Jika sistem ini tidak berfungsi maka dinamika pertukaran cairan pada kapiler akan menjadi abnormal dalam beberapa jam hingga menyebabkan kematian.
2.      Absorpsi asam lemak, transpor lemak dan kilus (chyle) ke sistem sirkulasi.
3.      Memproduksi selsel imun (seperti limfosit, monosit, dan sel-sel penghasil antibodi yang disebut sel plasma). Nodus limfoid mempersiapkan lingkungan tempat limfosit akan menerima paparan pertamanya terhadap antigen asing (virus, bakteri, jamur) yang akan mengaktivasi limfosit untuk melaksanakan fungsi imunitas.

E.     Mekanisme sistem imun

Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan terhadap benda asing dan patogen yang disebut sebagai sistem imun. Respon imun timbul karena adanya reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya. Sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired). Baik sistem imun non spesifik maupun spesifik memiliki peran masing-masing, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan namun sebenarnya ke dua sistem tersebut memiliki kerja sama yang erat.
1.      Sistem Imun non Spesifik
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh terhadap patogen yang potensial. Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa kulit, epitel mukosa, selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim, IgA, pH asam lambung.
Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen, interferon, protein fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis bakteri dan parasit. Tidak hanya komplemen, kolektin merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada permukaan kuman.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus. Peningkatan kadar Creactive protein dalam darah dan Mannan Binding Lectin yang berperan untuk mengaktifkan komplemen terjadi saat mengalami infeksi akut. Sel fagosit mononuklear dan polimorfonuklear serta sel Natural Killer dan sel mast berperan dalam sistem imun non spesifik selular.
Neutrofil, salah satu fagosit polimorfonuklear dengan granula azurophilic yang mengandung enzyme hidrolitik serta substansi bakterisidal seperti defensins dan katelicidin. 1,2. Mononuklear fagosit yang berasal dari sel primordial dan beredar di sel darah tepi disebut sebagai monosit. Makrofag di sistem saraf pusat disebut sebagai sel mikroglia, saat berada di sinusoid hepar disebut sel Kupffer, di saluran pernafasan disebut makrofag alveolar dan di tulang disebut sebagai osteoklas.
Sel Natural Killer merupakan sel limfosit yang berfungsi dalam imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor. Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan imunitas terhadap parasit dalam usus serta invasi bakteri.

2.      Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
a.       Sistem imun spesifik humoral
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat ditemukan di serum darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya. Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul antigen dan dapat dideteksi melalui metode tertentu melalui marker seperti CD19, CD21 dan MHC II.
b.      Sistem imun spesifik selular
Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di kelenjar timus. Persentase sel T yang matang dan meninggalkan timus untuk ke sirkulasi hanya 5-10%. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel T terdiri atas beberapa subset dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu sel Th1, Th2, Tdth, CTL atau Tc, Th3 atau Ts atau sel Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8 merupakan penanda dari CTL yang terdapat pada membran protein sel.







BAB III

KESIMPULAN

A.    Kesimpulan

1.      Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darahyang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya.
2.      Organ yang berperan dalam system limfatik terdiri dari Organ limfoid primer atau sentral, yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau sejenisnya seperti sumsum tulang. Dan Organ limfoid sekunder yang utama adalah sistem imun kulit atau skin associated lymphoid tissue (SALT), mucosal associated lymphoid tissue (MALT), gut associated lymphoid tissue (GALT), kelenjar limfe, dan lien.
3.      Peran dan fungsi Pembuluh limfe adalah membantu sistem kardiovaskuler dalam mengembalikan cairan dari ruangan jaringan tubuh lalu pembuluh ini mengembalikan cairan kedalam darah. Sementara fungsi jaringan limfoid adalah sebagai sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk menyerang infeksi dan menyaring cairan limfe (atau cairan getah bening).
4.      Peran Sistem limfatik secara umum yakni Mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah, Mengangkut limfosit, Membawa lemak emulsi dari usus, Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran, Menghasilkan zat antibodi





DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin.2006.Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tarwoto dkk. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Trans Info Media, Jakarta.
Laksmi K. Wardhani.2014.Aliran Limfatik Daerah Kepala dan Leher Serta Aspek Klinisnya. Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher.


0 komentar:

Posting Komentar