KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Limfa dan Nodus Limfatikus Dalam
Sistem Imunitas ”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Immunoserologi. Kami berharap dapat menambah pengetahuan dan
wawasan khususnya bagi mahasiswa. Serta pembaca dapat memahami sekitar
pengetahuan tentang Peran sistem limfatik dalam tubuh.
Kami
menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
memperbaiki dan melengkapi segala kekurangan dalam makalah ini.
Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Jakarta, Mei
2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………..2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Definisi
jaringan limfatik (atau yang sering disebut jaringan limfoid) adalah jaringan
penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh limfosit. Jaringan limfoid ini
terdistribusi luas di seluruh tubuh baik sebagai organ limfoid ataupun sebagai
kumpulan limfosit difus dan padat. Organ limfoid sendiri merupakan massa atau
sekumpulan jaringan limfoid yang dikelilingi oleh kapsul jaringan penyambung
atau dilapisi oleh epitelium.
Secara
garis besar sistem limfatik tubuh dapat dibagi atas sistem konduksi, jaringan
limfoid dan organ limfoid. Sistem konduksi jaringan limfoid merupakan jaringan
yang mentransportasi limfe dan terdiri atas pembuluh-pembuluh tubuler yaitu
kapiler limfe, pembuluh limfe dan duktus torasikus. Hampir semua jaringan tubuh
memiliki pembuluh atau saluran limfe yang mengalirkan cairan dari ruang
interstisial.
Organ-organ limfoid
merupakan organ yang berperan sebagai tempat hidup sel fagositik. Organ-organ
limfoid terdiri atas limpa, nodus limfa, sumsum tulang, timus, dan
tonsil.
Sistem
limfatik daerah kepala dan leher merupakan bagian dari sistem limfe seluruh
tubuh yang secara anatomis terdiri atas organ limfatik, duktus atau
pembuluh-pembuluh limfe dan nodus limfatikus (atau kelenjar limfe). Sistem
limfatik mentransportasi cairan yang disebut limfe. Cairan ini mendistribusikan
sel-sel dan factor imunitas ke seluruh tubuh. Sistem limfatik juga berinteraksi
dengan sistem sirkulasi darah untuk drainase cairan dari sel dan jaringan
tubuh. Sistem limfatik mengandung sel-sel limfosit yang melindungi tubuh dari
berbagai antigen.Tubuh dibagi atas limfotom (lymphotome) di mana tiap limfotom
merupakan area drainase spesifik bagi kelompok kelenjar limfe tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
yang dimaksud dengan sistem limfatik?
2. Apakah
peran sistem limfatik dalam tubuh?
3. Bagaimana
peran limfa dan nodus limfa dalam sistem limfatik?
4. Bagaimana cara kerja sistem limfatik dalam
tubuh?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Agar
mahasiswa memahami pengertian fungsi dari sistem limfatik dalam tubuh.
2. Mahasiswa
dapat mengetahui peran dari nodus limfatikus dan organ-organ dari system
limfatik lainnya.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui mekanisme system imunitas dalam tubuh secara garis besar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Limfatik
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi
sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh.
Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam
jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui
proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam
sistem sirkulasi.
Sistem
limfatik mempunyai beberapa fungsi diantaranya :
1. Mengembalikan
cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah
2. Mengangkut
limfosit
3. Membawa
lemak emulsi dari usus
4. Menyaring
dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran
5. Menghasilkan
zat antibodi
Sistem
limfatik merupakan komponen tambahan dari sistem sirkulasi yang terdiri dari
limfe, yang merupakan cairan plasma protein, pembuluh limfatik, jaringan
limfoid atau organ limfoid.
B. Organ yang berperan dalam sistem
limfatik
1. Organ limfoid primer
Organ limfoid primer
atau sentral, yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau sejenisnya seperti
sumsum tulang. Membantu menghasilkan limfosit virgin dari immature progenitor
cells yang diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan
sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.
a.
Thymus
Thymus merupakan organ yang terletak dalam
mediastinum di depan pembuluh-pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung,
yang termasuk dalam organ limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ
limfoid primer pada mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama
pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang
terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami kematian, yang
hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid sekunder dan
mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu mengadakan
reaksi imunologis humoral. Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan
perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim
mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat
interlobuler.
b.
Sumsum Tulang
Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem
hematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi
dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem
hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang kemudian mejadi prolimfosit B
dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B dengan
imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor) yang kemudian mengalami
seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti
aliran darah menuju ke organ limfoid sekunder. Sel stemhematopoetik menjadi
progenitor limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi
prelimfosit T yang akhirnya menuju timus.
2. Organ limfoid skunder
Organ limfoid sekunder
atau perifer. Yang mempunyai fungsi untuk menciptakan lingkungan yang
memfokuskan limfosit untuk mengenali antigen, menangkap dan mengumpulkan
antigen dengan efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang di sensitisasi oleh antigen spesifik serta merupakan
tempat utama produksi antibodi. Organ limfoid sekunder yang utama adalah sistem
imun kulit atau skin associated lymphoid
tissue (SALT), mucosal associated
lymphoid tissue (MALT), gut
associated lymphoid tissue (GALT), kelenjar limfe, dan lien.
Seluruh organ limfoid
memiliki pembuluh limfe eferen tetapi hanya nodus limfatikus yang memiliki
pembuluh limfe aferen. Nodulus limfoid tersusun atas massa padat dari limfosit
dan makrofag yang dipisah oleh ruang-ruang yang disebut sinus limfoid.
a. Limfa
Lien merupakan organ limfoid yang terletak di
cavum abdominal di sebelah kiri atas di bawah diafragma dan sebagian besar
dibungkus oleh peritoneum. Lien merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu
dengan membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati disamping
sebagai pertahanan imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula untuk
degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan tempat
limfosit T dan B. Pada beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk pembentukan
eritrosit, granulosit dan trombosit.
b. Tonsil
Tonsil disebut juga amandel. Tonsil terletak di
bagian kiri dan kanan pangkal tenggorokan. Tonsil mensekresikan kelenjar yang
banyak mengandung limfosit, sehingga tonsil dapat berfungsi untuk membunuh
bibit penyakit dan melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan
faring. Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di
daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan
jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah
tersebut. Selain itu ditemukan juga organ limfoid dengan batas-batas nyata.
c.
Nodus
Limfe
Struktur
nodus limfe tersusun dari saluran-saluran sejumlah pembuluh limfe. Pembuluh ini
menyaring limfe sebelum cairan tersebut kembali ke sirkulasi vena.
Nodus limfe atau
kelenjar adalah struktur yang berbentuk oval atau menyerupai buncis yang
berukuran antara 1 mm sampai dengan 20 mm. kortek merupakan bagian terluar
suatu nodus , medulla adalah bagian dalamnya.
Limfe memasuki sebuah
nodus melalui suatu kapsula fibrosa yang melewati beberapa pembuluh limfe
aferen dan keluar melalui sebuah pembuluh limfe eferen.
Katup-katup satu arah
dalam pembuluh aferen dan eferen menjaga limfe tetap mengalir ke satu arah.
Fungsi nodus limfe
diantaranya :
1.
Saat bergerak dari pembuluh aferen
menuju pembuluh eferen, limfe dalam sebuah nodus berperkolasi melalui jarring
serabut reticular yang membentuk ruang-ruang irregular disebut sinus, yang
sebagian dilapisi sel-sel reticular dan makrofag. Makrofag sendiri berfungsi
memfagosit partikel asing seperti bakteri.
2.
Area limfosit tersusun rapat yang disebut
nodulus primer (kortikal) ditemukan didalam korteks nodus. Limfosit teraktivasi
dalam nodulus memberikan respons imun untuk menghancurkan penyusup asing atau
antigen.
3.
Jika banyak bakteri tersaring kedalam
limfe, nodus akan membengkak beberapa kali dari ukuran normalnya karena terjadi
proliferasi limfosit dan sel-sel lain.
4.
Organ-organ limfatik yang fungsinya
berkaitan dengan nodus limfe meliputi kelenjar timus, amandel, dan limpa.
d.
Jaringan Limfoid Mukosal (MALT)
Terletak di tunika mukosa terutama lamina propria, traktus
digestivus, respiratorius dangenitourinarius. Terdiri dari sel T terutama CD8,
sel B dan APC. Pada traktus digestivus terdiri dari limfosit difus, limfonoduli
soliter dan berkelompok (tonsila, plaque Peyeri). Sedangkan pada traktus
respiratorius dan genitourinarius terdiri dari limfosit difus limfonoduli
soliter. Sistem imun mukosa pada jaringan limfoid mukosa merupakan komponen
terbesar sistem limfoid melebihi lien dan limfonodus.
C.
Peran dan fungsi Pembuluh limfe dan jaringan
limfoid
a.
Pembuluh
limfe
Pembuluh limfatik ditemukan diseluruh
tubuh dan organ tubuh kecuali pada saraf pusat, bola mata, telinga dalam,
epidermis kulit, kartilago dan tulang. Pembuluh limfe merupakan pembuluh yang
membantu sistem kardiovaskuler dalam mengembalikan cairan dari ruangan jaringan
tubuh lalu pembuluh ini mengembalikan cairan kedalam darah.
Semakin
ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan berlokasi dekat dengan vena.
Seperti vena, pembuluh limfe memiliki katup yang mencegah terjadinya aliran
balik. Protein yang dipindahkan dari ruang interstisial tidak dapat
direabsorbsi dengan cara lain.
Protein
dapat memasuki kapiler limfe tanpa hambatan karena struktur khusus pada kapiler
limfe tersebut, di mana pada ujung kapiler hanya tersusun atas selapis sel-sel
endotel dengan susunan pola saling bertumpang sedemikian rupa seperti atap
sehingga tepi yang menutup tersebut bebas membuka ke dalam membentuk katup
kecil yang membuka ke dalam kapiler. Otot polos di dinding pembuluh limfe
menyebabkan kontraksi beraturan guna membantu pengaliran limfe menuju ke duktus
torasikus.
b. Jaringan limfoid
Jaringan
limfoid terdiri atas nodus dan nodulus limfoid yang mempunyai ukuran dan lokasi
yang bervariasi. Ukuran nodus biasanya lebih besar, panjangnya berkisar 10 - 20
mm dan mempunyai kapsul, sedangkan nodulus panjangnya antara sepersekian
milimeter sampai beberapa milimeter dan tidak mempunyai kapsul. Dalam tubuh
manusia terdapat ratusan nodus limfoid ini (kelenjar limfe atau kelenjar getah
bening) yang tersebar dengan ukuran antara sebesar kepala peniti hingga biji kacang.
Meskipun ukuran kelenjar-kelenjar ini dapat membesar atau mengecil sepanjang
umur manusia, tiap kelenjar yang rusak atau hancur tidak akan beregenerasi.
Jaringan
limfoid berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk menyerang
infeksi dan menyaring cairan limfe (atau cairan getah bening).
Cairan limfe mengandung
protein plasma dan limfosit dan berada sepanjang pembuluh limfe untuk masuk
kedalam aliran darah. Cairan limfe berasal dari jaringan atau ruang
interstisial yang masuk ke pembuluh limfe kemudian ke dalam sirkulasi darah.
Pada
dasarnya seluruh cairan limfe dari bawah tubuh mengalir keatas duktus torasikus dan bermuara kedalam sistem vena pada
pertemuan antara vena jugularis interna kiri dengan vena subklavia. Sekitar 90%
cairan jaringan kemudian akan mengumpulkan hasil produk metabolisme sel kembali
ke kapiler menjadi plasma sebelum melanjutkan perjalanannya kembali ke
sirkulasi vena. Cairan limfe adalah 10% cairan jaringan yang tertinggal.
Komposisi
cairan limfe hampir sama dengan cairan interstisial. Konsentrasi protein cairan
limfe sekitar 2 gr/dl, tetapi cairan limfe yang berasa dari hati protein lebih
tinggi 6 gr/dl. Pembentukan cairan limfe dimulai dari Kapiler limfe sangat
permeabel dan mengumpulkan cairan jaringan dan protein. Limfe terus menerus
bersirkulasi sehingga cairan yang tadinya jernih menjadi kaya protein karena
melarutkan protein dari dan antar sel. Kapiler limfe kemudian menyatu membentuk
vasa limfatika yang lebih besar dengan susunan menyerupai vena. Pada vasa limfatika
tidak terdapat pompa namun limfe tetap mengalir yang mempercepat aliran balik
vena untuk kembali menjadi plasma.
Fungsi
limfe berfungsi untuk absorpsi zat makanan dari saluran cerna terutama absorpsi
lemak, penghancuran partikel-partikel seperti bakteri.
Berdasarkan lokasi
sebagian besar nodus limfoid ini berkelompok di daerah-daerah tertentu misalnya
mulut, leher, lengan bawah, ketiak dan sela paha. Jaringan limfoid mukosa yang
terorganisasi terdiri atas plak Peyer (Peyer’s patch) di usus kecil, tonsil, faring
dan folikel limfoid yang terisolasi.
D. Fisiologi sistem limfatik secara
umum
Sistem
limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat mengalir dari ruang
interstisial ke dalam darah sebagai transudat di mana selanjutnya ia berperan
dalam respon imun tubuh.
Secara umum sistem limfatik memiliki tiga fungsi
yaitu:
1.
Mempertahankan konsentrasi protein yang
rendah dalam cairan interstisial sehingga protein-protein darah yang difiltrasi
oleh kapiler akan tertahan dalam jaringan, memperbesar volume cairan jaringan
dan meninggikan tekanan cairan interstitial. Peningkatan tekanan menyebabkan
pompa limfe memompa cairan interstisial masuk ke kapiler limfe membawa protein berlebih
yang terkumpul tersebut. Jika sistem ini tidak berfungsi maka dinamika pertukaran
cairan pada kapiler akan menjadi abnormal dalam beberapa jam hingga menyebabkan
kematian.
2.
Absorpsi asam lemak, transpor lemak dan
kilus (chyle) ke sistem sirkulasi.
3.
Memproduksi selsel imun (seperti
limfosit, monosit, dan sel-sel penghasil antibodi yang disebut sel plasma).
Nodus limfoid mempersiapkan lingkungan tempat limfosit akan menerima paparan
pertamanya terhadap antigen asing (virus, bakteri, jamur) yang akan
mengaktivasi limfosit untuk melaksanakan fungsi imunitas.
E. Mekanisme sistem imun
Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan
terhadap benda asing dan patogen yang disebut sebagai sistem imun. Respon imun
timbul karena adanya reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap
mikroba dan bahan lainnya. Sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah atau
non spesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik
(adaptive/acquired). Baik sistem imun non spesifik maupun spesifik memiliki
peran masing-masing, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan namun
sebenarnya ke dua sistem tersebut memiliki kerja sama yang erat.
1.
Sistem
Imun non Spesifik
Dalam mekanisme imunitas non spesifik
memiliki sifat selalu siap dan memiliki respon langsung serta cepat terhadap
adanya patogen pada individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini
pertama dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya,
bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba
tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan
spesifitas dan mampu melindungi tubuh terhadap patogen yang potensial.
Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa kulit, epitel mukosa, selaput
lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim, IgA, pH asam
lambung.
Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen,
interferon, protein fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah
besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi
dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai opsonin
yang meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis bakteri dan parasit.
Tidak hanya komplemen, kolektin merupakan protein yang berfungsi sebagai
opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada permukaan kuman.
Interferon adalah sitokin berupa
glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai
sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi
virus. Peningkatan kadar Creactive protein dalam darah dan Mannan Binding
Lectin yang berperan untuk mengaktifkan komplemen terjadi saat mengalami
infeksi akut. Sel fagosit mononuklear dan polimorfonuklear serta sel Natural
Killer dan sel mast berperan dalam sistem imun non spesifik selular.
Neutrofil, salah satu fagosit
polimorfonuklear dengan granula azurophilic yang mengandung enzyme hidrolitik
serta substansi bakterisidal seperti defensins dan katelicidin. 1,2.
Mononuklear fagosit yang berasal dari sel primordial dan beredar di sel darah
tepi disebut sebagai monosit. Makrofag di sistem saraf pusat disebut sebagai
sel mikroglia, saat berada di sinusoid hepar disebut sel Kupffer, di saluran
pernafasan disebut makrofag alveolar dan di tulang disebut sebagai osteoklas.
Sel Natural Killer merupakan sel
limfosit yang berfungsi dalam imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor.
Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan imunitas terhadap parasit dalam usus
serta invasi bakteri.
2.
Sistem
Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan
untuk mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul
akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut.
Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan
kemudian dihancurkan. Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena
dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih baik
terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh Limfosit B dan
Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
a. Sistem imun spesifik humoral
Limfosit B atau sel B berperan dalam
sistem imun spesifik humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat
ditemukan di serum darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan
terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi
toksinnya. Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul
antigen dan dapat dideteksi melalui metode tertentu melalui marker seperti
CD19, CD21 dan MHC II.
b. Sistem imun spesifik selular
Limfosit T berperan pada sistem imun
spesifik selular. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi
proliferasi dan diferensiasinya terjadi di kelenjar timus. Persentase sel T
yang matang dan meninggalkan timus untuk ke sirkulasi hanya 5-10%. Fungsi utama
sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri intraselular,
virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel T terdiri atas beberapa subset dengan
fungsi yang berbeda-beda yaitu sel Th1, Th2, Tdth, CTL atau Tc, Th3 atau Ts
atau sel Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8 merupakan penanda
dari CTL yang terdapat pada membran protein sel.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.
Sistem limfatik adalah suatu sistem
sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam
tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darahyang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam
jaringan sekitarnya.
2.
Organ yang berperan dalam system
limfatik terdiri dari Organ limfoid primer atau sentral, yaitu kelenjar timus
dan bursa fabricius atau sejenisnya seperti sumsum tulang. Dan Organ limfoid
sekunder yang utama adalah sistem imun kulit atau skin associated lymphoid tissue (SALT), mucosal associated lymphoid tissue (MALT), gut associated lymphoid tissue (GALT), kelenjar limfe, dan lien.
3.
Peran dan fungsi Pembuluh limfe adalah
membantu sistem kardiovaskuler dalam mengembalikan cairan dari ruangan jaringan
tubuh lalu pembuluh ini mengembalikan cairan kedalam darah. Sementara fungsi
jaringan limfoid adalah sebagai sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk
menyerang infeksi dan menyaring cairan limfe (atau cairan getah bening).
4.
Peran Sistem limfatik secara umum yakni
Mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah, Mengangkut
limfosit, Membawa lemak emulsi dari usus, Menyaring dan menghancurkan
mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran, Menghasilkan zat antibodi
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin.2006.Anatomi
Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku Kedoketran EGC,
Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Tarwoto dkk. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Trans Info
Media, Jakarta.
Laksmi K. Wardhani.2014.Aliran Limfatik Daerah Kepala dan Leher
Serta Aspek Klinisnya. Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala dan Leher.
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-5767-imunologi%20dasar.pdf
(diakses pada 30 April 2018)
0 komentar:
Posting Komentar